Kalwat Nabi Muhammad di Gua Hira
Senin, 15 Agustus 2011 by CABE BENDOT
Kalwat Nabi Muhammad di Gua Hira, Semenjak masa remaja, Muhammad itu telah menaruh sangsi akan upacara-upacara kebaktian yang dilakukan bangsanya dewasa itu, yakni pemujaan patung-patung Berhala yang melambangkan berbagai Dewa dan berbagai Dewi (Paganism).
Lapangan Bait Allah (Ka'abah) dewasa itu berisikan lebih tigaratus patung-patung Berhala berukuran kecil, termasuk dewa Isaf dan dewi Nailat pada kiri-kanan Telaga Zam-zam. Pada ruangan sebelah dalam Ka'abah berada patung dewata Hubal (Huwa Baal) berukuran besar, lengannya terbuat dari emas padu, dilayani pendeta yang disebut Al-Kahin.
Karena itulah Semenjak masa remaja itu Muhammad telah menghindarkan diri dari upacara-upacara pemujaan. Pada masa belakangan, jiwanya makin haus dan makin gelisah untuk menemukan Kebenaran yang Mutlak (Al-Haqq). Sejarah mencatat bahwa iapun lambatlaun sering melakukan kalwat pada tempat sunyi di puncak Jabal Nur, di dalam sebuah guabatu berbentuk sempit, yang sampai sekarang ini dikenal dengan Gua Hira.
Demikian dilakukannya dalam tempo-tempo terbatas sejak berusia tigapuluh tahun. Menjelang usia empatpuluh tahun iapun sering melakukan kalwat-kalwat dalam masa yang panjang.
Pada suatu malam menjelma di depannya suatu mahluk rohani yang tampak sangat agung hingga Muhammad gemetaran. Makhluk yang agung itu malaikat Jibrail, yang sempat memagut Muhammad tiga kali untuk menghilangkan ketakutannya, lalu menyampaikan wahyu-Ilahi berbunyi : (Q.S. Al-'Alaq, 1 -5) :
Iqra' Bismi Rabbikalladzî Khalaq (1); Khalaq al-Insâna min 'Alaq (2) Iqra' wa Rabbuka al-Akram (3) al-Ladzî 'allama bi al-Qalam (4) 'allama al-Insâna Mâ lam Ya'lam.
Bacalah! dengan nama Tuhanrnu yang menciptakan Menciptakan manusia dari gumpalan darat Bacalah ! dan Tuhanmu itu maha mulia. Mengajarkan yang manusia belum mengetahuinya.
Peristiwa itu pada malam 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah, yakni tahun 610 M. Muhammad pulang dari Jabal Nur dengan gemetaran dan menceritakan halnya kepada isterinya. Khadijah binti Khuwailid membawa suaminya kepada pamannya yang sudah berusia sangat lanjut, Waraqah bin Naufal, yang menganut agama Nasrani dan tengah berikhtiar menyalin Taurat Musa ke dalam bahasa Arab dari bahasa Sifyani.
Setelah mendengarkan apa yang dialami suami keponakan- nya itu, iapun berseru : Namus! Namus! Itulah Namus yang pernah datang kepada nabi Musa ! Saya ingin berusia lebih lanjut hingga dapat mendampingumu pada saat anda ditantang dan dimusuhi oleh orang sekitarmu." Tetapi ia wafat tak lama sesudah pertemuan itu. Sementara itu, dalam masa tiga tahun lamanya, terputus Wahyu kepada Muhammad. Menjelang pengujung tahun yang ketiga itu turunlah Wahyu yang berikutnya, (Surat Al-Muddatsir, 74: 1-7), berbunyi:
Yâ. Ayyuh al-Muddatsir (1); Qum Fa andzir (2); Wa Rabbaka Fakabbir (3); Wa Tsyâbaka Fathahhir (4); Wa al-Rajzu Fahjur (5); Wa Lâ Tamnun Tastaktsir (6); Wa Lirabbika Fashbir (7).
Hai, yang berselubung! Bangkitlah dan sampaikanlah peringatan: Tuharunu itu muliakan. Pakainmu bersihkan. Perbuatan tercela hindarkan. Jangan memberi untuk mengharapkan lebih Oemi Tuhanmu. hendaklah tabah !
Muhammad cepat-cepat berselubung sewaktu makhluk rohani yang tampak sangat agung itu menjelma di depannya, lalu gemetaran. Tetapi sejak itu bermula dakwah secara terbuka di kota Mekkah. Berangsur-angsur beroleh pengikut yang setia. Ajarannya mencela tradisi nenek-moyang dan menganjurkan balik kembali menyembah Allah Maha Esa dan menghancurkan segala berhala pujaan itu. Hal itu membangkitkan kemarahan para pembesar suku-suku Kurais di kota Makkah.
Lapangan Bait Allah (Ka'abah) dewasa itu berisikan lebih tigaratus patung-patung Berhala berukuran kecil, termasuk dewa Isaf dan dewi Nailat pada kiri-kanan Telaga Zam-zam. Pada ruangan sebelah dalam Ka'abah berada patung dewata Hubal (Huwa Baal) berukuran besar, lengannya terbuat dari emas padu, dilayani pendeta yang disebut Al-Kahin.
Karena itulah Semenjak masa remaja itu Muhammad telah menghindarkan diri dari upacara-upacara pemujaan. Pada masa belakangan, jiwanya makin haus dan makin gelisah untuk menemukan Kebenaran yang Mutlak (Al-Haqq). Sejarah mencatat bahwa iapun lambatlaun sering melakukan kalwat pada tempat sunyi di puncak Jabal Nur, di dalam sebuah guabatu berbentuk sempit, yang sampai sekarang ini dikenal dengan Gua Hira.
Demikian dilakukannya dalam tempo-tempo terbatas sejak berusia tigapuluh tahun. Menjelang usia empatpuluh tahun iapun sering melakukan kalwat-kalwat dalam masa yang panjang.
Pada suatu malam menjelma di depannya suatu mahluk rohani yang tampak sangat agung hingga Muhammad gemetaran. Makhluk yang agung itu malaikat Jibrail, yang sempat memagut Muhammad tiga kali untuk menghilangkan ketakutannya, lalu menyampaikan wahyu-Ilahi berbunyi : (Q.S. Al-'Alaq, 1 -5) :
Iqra' Bismi Rabbikalladzî Khalaq (1); Khalaq al-Insâna min 'Alaq (2) Iqra' wa Rabbuka al-Akram (3) al-Ladzî 'allama bi al-Qalam (4) 'allama al-Insâna Mâ lam Ya'lam.
Bacalah! dengan nama Tuhanrnu yang menciptakan Menciptakan manusia dari gumpalan darat Bacalah ! dan Tuhanmu itu maha mulia. Mengajarkan yang manusia belum mengetahuinya.
Peristiwa itu pada malam 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah, yakni tahun 610 M. Muhammad pulang dari Jabal Nur dengan gemetaran dan menceritakan halnya kepada isterinya. Khadijah binti Khuwailid membawa suaminya kepada pamannya yang sudah berusia sangat lanjut, Waraqah bin Naufal, yang menganut agama Nasrani dan tengah berikhtiar menyalin Taurat Musa ke dalam bahasa Arab dari bahasa Sifyani.
Setelah mendengarkan apa yang dialami suami keponakan- nya itu, iapun berseru : Namus! Namus! Itulah Namus yang pernah datang kepada nabi Musa ! Saya ingin berusia lebih lanjut hingga dapat mendampingumu pada saat anda ditantang dan dimusuhi oleh orang sekitarmu." Tetapi ia wafat tak lama sesudah pertemuan itu. Sementara itu, dalam masa tiga tahun lamanya, terputus Wahyu kepada Muhammad. Menjelang pengujung tahun yang ketiga itu turunlah Wahyu yang berikutnya, (Surat Al-Muddatsir, 74: 1-7), berbunyi:
Yâ. Ayyuh al-Muddatsir (1); Qum Fa andzir (2); Wa Rabbaka Fakabbir (3); Wa Tsyâbaka Fathahhir (4); Wa al-Rajzu Fahjur (5); Wa Lâ Tamnun Tastaktsir (6); Wa Lirabbika Fashbir (7).
Hai, yang berselubung! Bangkitlah dan sampaikanlah peringatan: Tuharunu itu muliakan. Pakainmu bersihkan. Perbuatan tercela hindarkan. Jangan memberi untuk mengharapkan lebih Oemi Tuhanmu. hendaklah tabah !
Muhammad cepat-cepat berselubung sewaktu makhluk rohani yang tampak sangat agung itu menjelma di depannya, lalu gemetaran. Tetapi sejak itu bermula dakwah secara terbuka di kota Mekkah. Berangsur-angsur beroleh pengikut yang setia. Ajarannya mencela tradisi nenek-moyang dan menganjurkan balik kembali menyembah Allah Maha Esa dan menghancurkan segala berhala pujaan itu. Hal itu membangkitkan kemarahan para pembesar suku-suku Kurais di kota Makkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar